Gunung Kembar
Pola gambar gunung
kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar
karya anak-anak Indonesia. Ada sesuatu yang jelas menjadi penanda munculnya
gambar pola gunung kembar, yaitu ketika anak-anak mulai berhubungan dengan
orang lain di luar keluarganya. Terutama ketika anak-anak mulai memasuki dunia
sekolah: Taman Kanak-kanak (TK), berlanjut ke tingkat Sekolah Dasar (SD),
bahkan hingga sekolah menengah (SMP dan SMA). Dalam kegiatan penelitian Budiaprilliana, dia menggunakan dua metode yaitu
dikte dan eksperimen. Kelompok kontrol tetap mengikuti pola pembelajaran dikte,
sementara itu kelompok eksperimen dikondisikan dengan pembelaran pola Copy The Master. Yang disebut gambar
master adalah gambar yang telah jadi yang dibuat oleh peneliti, yang dijadikan
pemancing kreativitas siswa. Gambar dengan pola dikte adalah gambar yang dibuat
oleh peneliti di papan tulis secara bertahap untuk diikuti langkah demi langkah
oleh siswa.
analisis
situasi pembelajaran yang
digunakan berupa catatan perilaku siswa selama pembelajaran dan
analisis kondisi visual gambar. Gambar karya siswa PAUD yang menjadi sasaran penelitian,
kembali ke gambar “konvensional” anak-anak Indonesia: gambar pemandangan dengan
dua gunung kembar sebagai latar belakang. gambar pemandangan yang dilengkapi dengan gunung kembar
sangat melekat sebagai ciri gambar yang biasa dibuat oleh anak-anak Bali.
Bahkan bisa dibuktikan melalui pengumpulan gambar karya anak-anak Indonesia
lainnya.
Sebuah kondisi umum yang ditemukan
dalam gambar anak-anak dengan pola "gunung kembar" adalah 2 bidang
'luas' yang sulit ditaklukan oleh anak-anak. Pola gambar tersebut menyisakan
dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa melelahkan. Seseorang yang
ingin mengisi kedua bidang tersebut, harus berpikir "bagaimana mengisi
lahan luas di depan penggambar hingga ujung kaki gunung"? Kesadaran bahwa
antara gunung dengan penggambar ada 'jarak' yang amat luas, amat jauh, memaksa
penggambar harus bersusah payah mengisikan banyak objek dalam dua bagian lahan
tadi.
Anak-anak yang pola berpikir
ruangnya telah mengikuti pola pikir teori gambar perspektif, di antaranya bisa
mengatasi beberapa kendala pola gambar "gunung kembar" itu. Misalnya,
mereka menemukan bahwa objek yang dekat dengan penggambar ukurannya lebih
besar, sehingga bisa menutup sebagian ruang gambar. Sementara gambar objek
lainnya yang jauh dari penggambar, dibuat dengan ukuran lebih kecil, dan
sebagian terhalang objek yang lebih dekat posisinya. Objek disusun bersifat saling
menghalangi. Ada juga yang menemukan cara "perebahan" yang khas.
Contohnya, ketika ada gambar objek jalan yang telah dibuat, maka gambar pohon,
tiang listrik, rumah, atau objek lainnya direbahkan ke arah sisi jalan yang
berbeda: ke kiri dan ke kanan. Gambar kendaran bisa digambarkan rebah ke arah
kiri atau ke kanan. Dan yang lebih unik, ketika ada gambar sebuah lapangan atau
kolam dengan dasar gambar segi empat, objek-objek akan digambarkan rebah
keempat arah sisi bentuk segi empat objek. Namun kebanyakan anak dan remaja
mengalami kesulitan karena mereka menggunakan pola gambar perspektif burung:
semua objek digambar dengan posisi penggambar dari arah atas.
Satu pola lagi yang kerap ditemukan
sebagai bentuk penaklukan ruangan perspektifis pada anak dan remaja adalah pola
susun yang biasa digunakan dalam lukisan tradisional. Objek disusun berderet ke
arah bidang atas. Objek yang jauh ditempatkan lebih di atas.
Yang perlu mendapat perhatian guru
dan orang tua adalah beban berat yang dihadapi anak-anak ketika mereka telah
sangat kuat terikat pola gambar "gunung kembar". Anak-anak menghadapi
bidang gambar yang harus diisi begitu banyak objek (tuntutan rasio), sementara
mereka memiliki keterbatasan imajinasi. Jalan keluar menghadapi permasalahan
itu adalah mengenalkan pola perspektif objek, bahwa benda-benda yang ada di
alam tidak berposisi sama semuanya. Objek-objek selalu menempati ruang yang
berbeda (contohkan dengan melihat benda-benda sebenarnya di alam). Menggambar
alam, sebaiknya melihat langsung alamnya. Menggambar menggunakan imajinasi
semata kerap berbentrokan dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio itulah
yang sering membebani anak-anak dan remaja.
Tegalan
yang luas, dalam pola gambar "gunung kembar", menjadi beban tersendiri bagi anak-anak yang telah 'dikuasai'
pertimbangan rasionya.
Bagian
lahan berair menjadi pilihan yang dianggap 'aman' untuk mengisi ruang gambar
yang luas, di samping tegalan yang tak rimbun.
Pola
gambar perspektif burung, penggambar berada di posisi atas, menyebabkan lahan
gambar yang semakin luas, semakin berat beban keharusan dalam mengisi lahan
luas tersebut.
Gambar
jalan dalam pola gambar "gunung kembar" seolah menjadi objek 'wajib'.
Anak-anak tertentu menggarap penggambaran gunung menjadi lebih beragam
dari pola dasar yang telah mereka dapatkan.
Objek
yang dekat dengan penggambar telah direkam secara benar (menurut rasio), sementara
objek lainnya masih diposisikan sesuai dengan imajinasi penggambar.
Petak-petak
sawah dan vas bunga menjadi sangat penting dalam gambar ini, sehingga ukurannya
(secara rasio) lebih besar daripada objek lainnya, objek rumah misalnya.
Kesadaran
perspektif mulai tampak lebih dominan dalam gambar ini. Objek-objek mulai
ditempatkan sesuai dengan posisinya. Tetapi, beban tegalan masih menjadi beban
yang juga dominan.
Meniru
lingkungan, paling tidak meniru gambar hasil karya orang dewasa, telah mengubah
bebarapa bagian gambar yang dibuat oleh anak-anak.
Pola
perebahan objek gambar mengikuti arah bidang gambar, misalnya jalan, disini
kentara sekali, terutama dalam penggambaran kendaraan dan sebagian pohon yang
ada di pinggir jalan. Imajinasi penggambar, dalam gambar ini, sangat dominan
dibanding rasionya.
Adapun gambar yang lain yaitu :
Sumber :
Suryana, Jajang, 2009. Fenomena Gambar Gunung Kembari. Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2009/12/fenomena-gambar-gunung-kembar.html.
Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.
Suryana, Jajang. 2010. Beban Dalam Pola Gambar Gunung Kembar.
Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2010/01/beban-dalam-pola-gambar-gunung-kembar.html.
Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.
Suryana, Jajang. 2015.
Kembali Ke Gambar Gunung Kembar.
Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2015/08/kembali-ke-gambar-gunung-kembar.html. Diakses pada
tanggal 5 Juni 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar