Kamis, 15 Juni 2017

Gunung Kembar



Gunung Kembar
Pola gambar gunung kembar menjadi fenomena yang menarik sebagai bahan kajian dalam membahas gambar karya anak-anak Indonesia. Ada sesuatu yang jelas menjadi penanda munculnya gambar pola gunung kembar, yaitu ketika anak-anak mulai berhubungan dengan orang lain di luar keluarganya. Terutama ketika anak-anak mulai memasuki dunia sekolah: Taman Kanak-kanak (TK), berlanjut ke tingkat Sekolah Dasar (SD), bahkan hingga sekolah menengah (SMP dan SMA). Dalam kegiatan penelitian Budiaprilliana, dia menggunakan dua metode yaitu dikte dan eksperimen. Kelompok kontrol tetap mengikuti pola pembelajaran dikte, sementara itu kelompok eksperimen dikondisikan dengan pembelaran pola Copy The Master. Yang disebut gambar master adalah gambar yang telah jadi yang dibuat oleh peneliti, yang dijadikan pemancing kreativitas siswa. Gambar dengan pola dikte adalah gambar yang dibuat oleh peneliti di papan tulis secara bertahap untuk diikuti langkah demi langkah oleh siswa. analisis situasi pembelajaran yang digunakan berupa catatan perilaku siswa selama pembelajaran dan analisis kondisi visual gambar. Gambar karya siswa PAUD yang menjadi sasaran penelitian, kembali ke gambar “konvensional” anak-anak Indonesia: gambar pemandangan dengan dua gunung kembar sebagai latar belakang. gambar pemandangan yang dilengkapi dengan gunung kembar sangat melekat sebagai ciri gambar yang biasa dibuat oleh anak-anak Bali. Bahkan bisa dibuktikan melalui pengumpulan gambar karya anak-anak Indonesia lainnya.
Sebuah kondisi umum yang ditemukan dalam gambar anak-anak dengan pola "gunung kembar" adalah 2 bidang 'luas' yang sulit ditaklukan oleh anak-anak. Pola gambar tersebut menyisakan dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa melelahkan. Seseorang yang ingin mengisi kedua bidang tersebut, harus berpikir "bagaimana mengisi lahan luas di depan penggambar hingga ujung kaki gunung"? Kesadaran bahwa antara gunung dengan penggambar ada 'jarak' yang amat luas, amat jauh, memaksa penggambar harus bersusah payah mengisikan banyak objek dalam dua bagian lahan tadi. 
Anak-anak yang pola berpikir ruangnya telah mengikuti pola pikir teori gambar perspektif, di antaranya bisa mengatasi beberapa kendala pola gambar "gunung kembar" itu. Misalnya, mereka menemukan bahwa objek yang dekat dengan penggambar ukurannya lebih besar, sehingga bisa menutup sebagian ruang gambar. Sementara gambar objek lainnya yang jauh dari penggambar, dibuat dengan ukuran lebih kecil, dan sebagian terhalang objek yang lebih dekat posisinya. Objek disusun bersifat saling menghalangi. Ada juga yang menemukan cara "perebahan" yang khas. Contohnya, ketika ada gambar objek jalan yang telah dibuat, maka gambar pohon, tiang listrik, rumah, atau objek lainnya direbahkan ke arah sisi jalan yang berbeda: ke kiri dan ke kanan. Gambar kendaran bisa digambarkan rebah ke arah kiri atau ke kanan. Dan yang lebih unik, ketika ada gambar sebuah lapangan atau kolam dengan dasar gambar segi empat, objek-objek akan digambarkan rebah keempat arah sisi bentuk segi empat objek. Namun kebanyakan anak dan remaja mengalami kesulitan karena mereka menggunakan pola gambar perspektif burung: semua objek digambar dengan posisi penggambar dari arah atas.
Satu pola lagi yang kerap ditemukan sebagai bentuk penaklukan ruangan perspektifis pada anak dan remaja adalah pola susun yang biasa digunakan dalam lukisan tradisional. Objek disusun berderet ke arah bidang atas. Objek yang jauh ditempatkan lebih di atas.
Yang perlu mendapat perhatian guru dan orang tua adalah beban berat yang dihadapi anak-anak ketika mereka telah sangat kuat terikat pola gambar "gunung kembar". Anak-anak menghadapi bidang gambar yang harus diisi begitu banyak objek (tuntutan rasio), sementara mereka memiliki keterbatasan imajinasi. Jalan keluar menghadapi permasalahan itu adalah mengenalkan pola perspektif objek, bahwa benda-benda yang ada di alam tidak berposisi sama semuanya. Objek-objek selalu menempati ruang yang berbeda (contohkan dengan melihat benda-benda sebenarnya di alam). Menggambar alam, sebaiknya melihat langsung alamnya. Menggambar menggunakan imajinasi semata kerap berbentrokan dengan pertimbangan rasio. Pertimbangan rasio itulah yang sering membebani anak-anak dan remaja.

Sejumlah contoh gambar gunung kembar dengan aneka variasinya bisa dilihat dalam ringkasan ini. Gambar-gambar diambil dari anak-anak TK dan SD:


Tegalan yang luas, dalam pola gambar "gunung kembar", menjadi beban tersendiri bagi anak-anak yang telah 'dikuasai' pertimbangan rasionya.

Bagian lahan berair menjadi pilihan yang dianggap 'aman' untuk mengisi ruang gambar yang luas, di samping tegalan yang tak rimbun. 

Pola gambar perspektif burung, penggambar berada di posisi atas, menyebabkan lahan gambar yang semakin luas, semakin berat beban keharusan dalam mengisi lahan luas tersebut.

Gambar jalan dalam pola gambar "gunung kembar" seolah menjadi objek 'wajib'. Anak-anak tertentu menggarap penggambaran gunung menjadi lebih beragam dari pola dasar yang telah mereka dapatkan.
Objek yang dekat dengan penggambar telah direkam secara benar (menurut rasio), sementara objek lainnya masih diposisikan sesuai dengan imajinasi penggambar. 
Petak-petak sawah dan vas bunga menjadi sangat penting dalam gambar ini, sehingga ukurannya (secara rasio) lebih besar daripada objek lainnya, objek rumah misalnya.

Kesadaran perspektif mulai tampak lebih dominan dalam gambar ini. Objek-objek mulai ditempatkan sesuai dengan posisinya. Tetapi, beban tegalan masih menjadi beban yang juga dominan.

Meniru lingkungan, paling tidak meniru gambar hasil karya orang dewasa, telah mengubah bebarapa bagian gambar yang dibuat oleh anak-anak.


Pola perebahan objek gambar mengikuti arah bidang gambar, misalnya jalan, disini kentara sekali, terutama dalam penggambaran kendaraan dan sebagian pohon yang ada di pinggir jalan. Imajinasi penggambar, dalam gambar ini, sangat dominan dibanding rasionya.
Adapun gambar yang lain yaitu :

 


 
Sumber :
Suryana, Jajang, 2009. Fenomena Gambar Gunung Kembari. Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2009/12/fenomena-gambar-gunung-kembar.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.
Suryana, Jajang. 2010. Beban Dalam Pola Gambar Gunung Kembar. Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2010/01/beban-dalam-pola-gambar-gunung-kembar.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2017. 
Suryana, Jajang. 2015. Kembali Ke Gambar Gunung Kembar. Dalam http://rupasenirupa.blogspot.co.id/2015/08/kembali-ke-gambar-gunung-kembar.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2017.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar